SEJARAH KHILAFAH BANI ‘ABBASYIAH
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Susiknan, M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1.
Muhammad Indra Betara (
16360002 )
2.
Akhmad Syauqi Aula Tsani (
16360008 )
3.
Aang Sobari Saeful Risal ( 16360012 )
4.
Muhammad Alfaz Fanani (
16360032 )
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016/2017
Kekuasaan Dinasti Bani ‘Abbas atau Khilafah Bani ‘Abbasyiah
sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan
Bani ‘Abbasyiah karena para pendiri atau penguasa dinasti ini adalah keturunan
al – abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abdulloh
al – Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdulloh bin Al – Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 – 656 H / 750 –
1258 M. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda
– beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Awal munculnya Dinasti Abbasyiah ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi
khilafah Bani Umayyah, disusunlah dengan diam – diam propaganda untuk menegakan
Daulah Bani Abbas, sebab sejak zaman Muawiyyah Daulat Bani Umayyah itu
didirikan dengan kekerasan, seumpamanya memburuk – burukan dan menyumpah Ali
bin Abi Thalib dalam tiap Khutbah Jumat, mereka menekan suara – suara yang
melawan dengan sekeras – kerasnya, mengejar keturunan Ali atau Bani Hasyim
dimanapun mereka bersembunyi, sebab itulah musuh paling besar bagi Bani Umayyah.
Dizaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz kebenaran dan keadilan lebih tinggi
dari segalanya, tidak ada keistimewaan Bani Umayyah dari saudaranya sesama
Islam. Rakyat bebas menyatakan pendirian, asal jangan mengganggu ketentraman
umum. Meskipun sikap ini benar, akan tetapi melemahkan pemerintahan yang
didirikan atas kekerasan, maka di dalam pemerintahannya itulah orang diam –
diam berusaha mengatur propaganda untuk Bani Abbas.
Meskipun yang melakukan propaganda ini Bani Abbas sendiri,nama bani
abbas tidaklah begitu ditonjolkan, tetapi di masyhurkan saja Bani Hasyim,
supaya jangan terpecah Syiah pengikut Ali dengan Syiah pengikut Abbas, karena
keduanya Bani Hasyim. Bani Umayyah dari dulu tidak memusuhi Bani Abbas
melainkan hanya terhadap Bani Ali, padahal yang sebenarnya yang mengharap
hendak merebut kekuasaan ialah Bani Abbas. Kalau Bani Abbas menyatakan menuntut
khalifah untuk dirinya sendiri, tentu kurang banyak pengikutnya, dengan
menyebut Bani Hasyim, tersimpuhlah di dalamnya keturunan Ali dan Bani Abbas dan
dalam Bani Hasyim terkumpul semua.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan bani abbas menjadi lima periode,
yaitu :
1. Periode
pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M), Disebut periode pengaruh Persia pertama
2.
Periode
kedua (232 – 334 H / 847 – 945 M) Disebut masa pengaruh Turki pertama
3. Periode
ketiga (334 – 447 H / 945 – 1055 M) Masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan dinasti abbasyiah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua
4. Periode
keempat (447 – 590 H / 1055 – 1194 M), Masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khilafah Abbasyiah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua
5. Periode
kelima (590 – 656 H / 1194 – 1258 M), Masa khalifah bebas dari pengaruh dari
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
KHALIFAH – KHALIFAH BANI ABBASIYAH
1.
Abul
Abbas As-Saffah (132 H – 750 M )
Beliau masyhur
dengan dermawannya, kuat ingatan, keras hati, tetapi sangat besar dendamnya
kepada Bani Umayyah.
2.
abu
Ja’far Al Mansur ( 136 H – 754 M )
Beliau seorang
yang gagah perkasa, keras hati, kuat kemauan, bijak dan cerdik.
3.
Al
Mahdi ( 158 H – 775 M )
4.
Al
Hadi ( 169 H – 785 M )
5.
Harun
Al Rasyid ( 170 H – 786 H )
Di zaman beliau
inilah tercapai setinggi-tinggi puncak kemasyhuran dan kejayaan Bani Abbas.
Baik kekayaan negri, atau luas jajahan, maupun kembang biak ilmu pengetahuan.
Di zaman ini hidup seorang Ulama, Qadhi Abu Yusuf, seorang dari tiga penganjur
Islam yang telah membentuk mazhab Hanafi.
6.
Muhammad
Al Amin 193 H – 809 M )
7.
Al
Ma’mun ( 198 H – 813 M )
8.
Muhammad
Ibn Harun Al Rasyid/ Al Mu’tashim ( 218 H – 833 M )
Beliau adalah
seorang panglima perang yang gagah berani. Tidak sedikit juga gentar menghadapi
musuh betapapun besarnya.
9.
Abu
Ja’far Harun Al-Watsiq ( 227 H – 842 M )
Khalifah ini
berbeda dengan ayahnya (Al Mu’tashim). Beliau lemah lembut, tidak begitu suka
dengan perang, lebih suka damai, cinta kepada kaum keturunan Ali ibn Abi
Thalib, sebagai Al-Ma’mun pula. Kelemahan itu telah menyebabkan bertambah
besarnya kuasa kaum Turki yang dibesarkan oleh Al-Mu’tashim dalam istananya
itu.
10.
Al-Mutawakkil
( 232 H – 847 M )
11.
Al-Muntashir
( 247 H – 861 M )
12.
Al-Musta’in
( 248 H – 862 M )
13.
Al-Mu’taz
( 252 H – 869 M )
14.
Al-Muhtadi
( 255 H – 869 M )
15.
Al-Mu’tamid
( 256 H – 870 M )
16.
Al-Mu’tadhid
( 289 H – 903 M )
17.
Al-Muktafi
(
18.
Al-Muqtadir
19.
Al-Qohir
20.
Ar-Radhi
21.
Al-Muttaqi
22.
Al
Mustakfi
ZAMAN KEEMASAN DAULAH BANI ABBASIYAH
Sejarah telah menyebutkan bahwa zaman keemasan Daulah Bani Abbasiyah
terjadi selama masa kekhalifahan Harun al-rasyid (786-809). Meskipun usianya
kurang dari setengah abad, Daulah Bani Abbasiyah pada saat itu muncul menjadi
pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa.
Masyarakat Islam Pada masa Daulah
Bani Abbasiyah mengalami kemajuan yang menonjol dalam segala bidang diantaranya
adalah:
1.
Kemajuan
Ilmu Pengetahuan
Aktivitas ilmiyah masyarakat Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah
mengantarkannya menuju puncak kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kaum
muslimin mampu membangun kebudayaan ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
1.
Kemajuan
Ilmu Agama
Pada
masa ini, Daulah Bani Abbasiyah melahirkan banyak ulama-ulama besar dan
karya-karya agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Misalnya bidang ilmu
tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam dan ilmu fiqih.
1.
Ilmu
Tafsir
Pada
masa Daulah Bani Abbasiyah ini, ilmu tafsir mengalami perkembangan yang sangat
pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis berangkai dan menyeluruh
serta terpisah dari hadits. Dari berbagai tafsir yang telah ada, diketahui
bahwa corak tafsir ada dua macam yaitu, Tafsir Bi al-Ma’tsur dan Tafsir Bi
al-Ra’yi.
Ahli
tafsir yang terkenal dalam corak Tafsir Bi al-Ma’tsur antara lain Al Subhi (w.
127 H), Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H) dan Muhammad bin Ishaq. Kitab tafsir
mereka telah hilang dan tidak ditemukan lagi sekarang, namun Ibn al Thabari (w.
310H) telah mendasarkan sebagian isi tafsirnya yang berjudul Jami’ al-Bayan fi
Tafsir al-Qur’an yang terdiri atas 30 jilid dari ketiga tafsir tersebut.
Adapun
Tafsir Bi al-Ra’yi adalah Abu Bakar al-‘Asham (w. 240 H), Abu Muslim
al-Ashfahani (w. 322 H) dan Ibn Jarwi al-Asadi (w. 387H).
2.
Ilmu
Hadits
Sekitar
abad ke-3 H, para ulama Islam mulai berusaha secara maksimal untuk menyeleksi
dan menyaring hadits untuk menyeleksi hadits-hadits yang shasih, hasan dan
dloif, serta menjelaskan kualitas perawi hadits.
Para
ulama hadits yang terkenal pada masa ini adalah Imam Bukhari (w. 256 H) dengan
bukunya Shahih Bukhari. Kemudian Abu Muslim bin al-Hajjaj (w. 261 H) dari
Naisabur dengan bukunya Shahih Muslim. Kemudian Ibnu Majah (w. 273 H), Abu
Dawud (w. 275 H), Al-Thurmudzi (w. 279 H), dan Al Nasa’i (w. 303 H).
Karya-karya mereka dikenal dengan nama Al-Kutub Al-Sittah.
3.
Ilmu
Kalam
Pada
masa ini muncul ulama-ulama besar di bidang ilmu kalam, baik dari kalangan
Mu’tazilah maupun Ahlussunnah wal Jamaah. Dari kalangan Mu’tazilah dikenal
antara lain Abi Huzail al Allaf (w. 235 H), Al Nizam (w. 231 H), Al Jahiz (w.
255 H), Al Jubbai (w. 290 H) dan Abu Hasyim (w. 231 H). Dari Ahlussunnah wal
Jamaahyang Populer antara lain adalah Al Asy’ari (w. 234 H), Al Baqillani (w.
403 H), Al Juwaini (w. 479 H), Al Ghazali (w. 505 H) dan Al Maturidi (w. 333
H).
4.
Ilmu
Fiqih
Diantara
kebanggaan zaman Daulah Bani Abbasiyah adalah terdapatnya empat imam madzhab
fiqih terkenal. Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris dan Imam Ahmad bin Hanbal. Keempat ulama tersebut merupakan
ulama ahli fikihyang paling agung dan tiada tandingannya di dunia Islam.
2.
Kemajuan
Ilmu-Ilmu Umum
1.
Filsafat
Para
Filosof Islam yang terkenal dan mendunia antara lain Yaqub bin Ishaq Al Kindi
(796-873 M), Abu Nasr Al Farabi (259-339 M) karyanya yang terkenal adalah al
madinah al fadilah, Ibnu Bajjah (w. 523 H) karyanya adalah Tadrib al Mutawahhid
dan masih banyak yang lainnya.
2.
Kedokteran
Pada
masa Daulah Bani Abbasiyah, ilmu kedokteran telah mencapai puncaknya yang telah
melahirkan dokter-dokter yang sangat terkenal. Diantara mereka yang sangat
terkemuka adalah Yuhannah bin Musawih (w. 242 H) bukunya yang terkenal adalah
Al Asyr al Maqalat fi al Ain tentang pengobatan penyakit mata. Serta Ibnu Sina
(370-428 H) dengan karya populernya Al
Syifa.
3.
Astronomi
Ilmu
ini membantu umat Islam untuk menentukan arah kiblat, waktu sholat serta
perhutungan peredaran bintang dan lain sebagainya. Pakar astronomi pada masa
Daulah Bani Abbasiyah antara lain Al Fazzari yaitu orang yang pertama kali
menyusun Astrolaber (alat yang dahulu dipakai sebagai pengukur tinggi bintang).
4.
Matematika
Al
Khawarizmi dan habash al Hasib mengembangkan sistem angka Arab dan angka nol
yang mempermudah dalam perhitungan, dengan memuat label angka-angka. Al
khawarizmi juga menyusun buku tentang berhitung dan aljabar. Karyanya yang
terkenal adalah Hisab al Jabar wa al Muqabalah. Pakar Matematika yang lainnya
adalah Ibnu Tsabit (w. 331 H) dan Isn bin Abbas (w. 328 H).
2. Kemajuan Ekonomi,
Perdagangan dan Industri
Ekonomi Daulah
Bani Abbasiyah digerakan oleh perdagangan. Barang-barang kebutuhan pokok dan
mewah dari wilayah timur kerajaan diperdagangkan dengan barang-barang dari
wilayah bagian barat. Emas yang ditambang dari Nabia dan Sudan Barat (termasuk
wilayah yang sekarang bernama Mali dan Niger) turut melambungkan perekonomian
Abbasiyah.
KEMUNDURAN
DAULAH BANI ‘ABBASIYAH
Periode kemunduran dan kehancuran dipegang oleh 28 orang Khalifah,
yang mana kedudukan Khalifah tersebut sebagai lambang saja di dalam wilayah
Abbasiyah. Hal ini disebabkan banyaknya berdiri Daulah-Daulah yang kecil, yang
di perintah oleh raja-raja muda, dengan mendapat persetujuan dari Khalifah
untuk berdiri sendiri (Pemerintah Otonom) tapi tetap mengakui atas kekuatan
Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Adapun yang melatarbelakangi kehancuran Daulah Abbasiyah adalah
akibat dari luar maupun dalam daerah kekuasaan Khalifah Abbasiyah.
1.
Peperangan
1)
Peperangan
untuk mempertahankan serangan musuh dari luar.
Serangan
pasukan Tartar (Mongul), bangsa Turki yang berasal dari pegunungan Asia Tengah.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 656 H (1258 M) semasa Khalifah Abbasiyah yang
terakhir (ke 37) yaitu dipegang oleh Mu’tasimbillah. Pasukan Tartar ini di
pimpin oleh Hulagu dengan menyerang kota Baghdad serta menghancurkan keluarga
Khalifah serta stafnya, bahkan penduduk kota tersebut tidak lepas juga dari
ancaman maut itu.
Kemudian
kota Baghdad yang megah dengan semua lembaga pendidikan, perpustakaan yang ada,
semuanya dibakar dan dihancurkan oleh kebiadaban pasukan Tartar. Alhasil
Baghdad dibumihanguskan oleh mereka, selama lebih kurang 40 hari lamanya.
Akhirnya kota kebudayaan Islam yang bersejarah itu hanya tinggal puing-puing
dan tumbukan abu saja.
2)
Peperangan untuk mempertahankan pemberontakan
dari dalam.
Perebutkan
kekuasaan. Ini terjadi semasa khalifah Ar-Rasyid mengangkat dua orang putera
nahkotanya yaitu Al-amin dan Al-Makmun.
Al
–makmun merasa tersinggung dengan sebab pengangkatan ayahnya tidak adil, yaitu:
dengan mengangkat Al-Amin yang lebih muda dari dia. Di samping itu juga
mendapat hasutan dari luar. Dalam perebutan tahta ini, maka golongan Syi’ah (
bangsa persia) menambil bahagian untuk merebut kekuasaan-kekuasaan yang
terpenting dari tangan bangsa Arab.
2.
Fanatisme
.
a.
Fanatik
kepada golongan atau suku
Fanatik
kepada golongan atau sukuisme. Penyakit yang semacam ini sangat berbahaya dan
banyak terjadi perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Kalau pada masa Dinasti
Mu’awiyah sukuisme yang di tonjolkan adalah bangsa Arab, tapi semasa Dinasti
Abbasiyah ini sukuisme yang diutamakan adalah bangsa persia, kemudian bangsa
Turki. Dengan demikian, suku-suku bangsa yang lain merasa tersingkirkan mencari
jalan untuk memberontak.
b.
Fanatik
kepada faham atau sejarah.
Fanatik
kepada faham. Oleh karena kebanyakan khalifah Daulah Abbasiyah ini banyak
menganut faham Syi’ah, maka dari khalifah menginstruksikan semua rakyatnya
harus menganut faham tersebut. Di samping itu juga menetapkan, bahwa faham
Syi’ah adalah faham yang resmi untuk seluruh wilayah Daulah Abbasiyah. Akhirnya
aliran-aliran yang lain merasa tertekan dan seacara langsung maupun tidak
langsung akan memusuhi dan mengutuk kepada khalifah.
Dengan
adanya sebab-sebab tersebut di atas, sedikit demi sedikit kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah menjadi mundur,Tapi yang
paling berat sekali ialah menghadapi serangan bangsa Tartar.
Dengan
demikian, tamatlah riwayat Dinasti Daulah Abbasiyah dari lembaran-lembaran
sejarah, setelah mereka berkuasa lebih kurang lima abad lamanya ( abad 2 H – 7
H / 8 M- 13 M).
Pembahasan mengenai kemunduran pasti lah dilihat dari 2 aspek,
yaitu internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang bisa jadi menyebabkan
kemunduran Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan menurut Ahmad Syalabi dalam
bukunya Masyarakat Islam adalah sebagai berikut :
1.
Faktor
politis sebagai akibat dari banyaknya aliran dalam Islam seperti Bani Hasyim
dan lainnya. Dengan kata lain semangat ashabiyah muncul kembali.
2.
Faktor
agama baik berkaitan dengan posisi agama dan negara atau adanya pertentangan
antara akal dan wahyu yang itu semua terkejawantahkan dengan munculnya aliran
keagamaan juga. [1]
Adapun faktor eksternal kemunduran Abbasiyah setidaknya disebabkan
oleh 2 serangan dari luar yaitu perang salib dan serbuan tentara mongol.
Kemunduran Abbasiyah oleh Syekh Muhammad al – Khudri, setidaknya
disebabkan oleh :
1.
Semakin
lemahnya tenaga pembela (Ashabiyah) yang mengawal dan mempertahankannya.
2.
Persaingan
dan perebutan yang tidak berhenti antara Abbasiyah dengan Alawiyah.
3.
Jatuhnya
nilai – nilai amanah dalam segala bentuknya.[2]
KESIMPULAN
1.
Dinasti
Abbasyiah didirikan oleh Abdulloh al – Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdulloh
bin Al – Abbas.
2.
Kekuasaannya
dari tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M.
3.
masa
pemerintahan bani abbas menjadi lima periode, yaitu :
a.
periode
pengaruh Persia pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M)
b.
masa pengaruh
Turki pertama (232 – 334 H / 847 – 945 M)
c.
Masa kekuasaan
dinasti Buwaih. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua (334 – 447
H / 945 – 1055 M)
d.
Masa kekuasaan
dinasti Bani Seljuk, disebut juga masa pengaruh Turki kedua (447 – 590 H / 1055
– 1194 M),
e. Masa khalifah bebas dari pengaruh dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad (590 – 656 H / 1194 – 1258 M).
e. Masa khalifah bebas dari pengaruh dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad (590 – 656 H / 1194 – 1258 M).
4.
Nama Khalifah
Bani ‘Abbasyiah
1. Abul Abbas As-Saffah
(132 H – 750 M )
2. Abu Ja’far Al Mansur
(
136 H – 754 M )
3. Al Mahdi ( 158 H – 775 M )
4. Al Hadi ( 169 H – 785 M )
5. Harun Al Rasyid ( 170 H – 786 H )
6 Muhammad Al Amin
(193 H – 809 M )
7. Al Ma’mun ( 198 H – 813 M )
8. Muhammad Ibn Harun Al Rasyid / Al Mu’tashim ( 218 H – 833 M )
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq
( 227 H – 842 M )
10. Al-Mutawakkil ( 232 H – 847 M )
11. Al-Muntashir ( 247 H – 861 M )
12. Al-Musta’in ( 248 H – 862 M )
12. Al-Musta’in ( 248 H – 862 M )
13. Al-Mu’taz ( 252 H – 869 M )
14. Al-Muhtadi ( 255 H – 869 M )
15. Al-Mu’tamid ( 256 H – 870 M )
16. Al-Mu’tadhid ( 289 H – 903 M )
17. Al-Muktafi
18. Al-Muqtadir
19. Al-Qohir
20. Ar-Radhi
21. Al-Muttaqi
22. Al-Mustakfi
5.
PERKEMBANGAN
BANI ‘ABBASYIAH
a.
Kemajuan Ilmu
Pengetahuan
1.
Kemajuan Ilmu
Agama
a)
Ilmu Tafsir
b)
Ilmu Hadits
c)
Ilmu Kalam
d)
Ilmu Fiqih
2.
Kemajuan
Ilmu-Ilmu Umum
a)
Filsafat
b)
Kedokteran
c)
Astronomi
d)
Matematika
b.
Kemajuan
Ekonomi, Perdagangan dan Industri
6.
Faktor
Kemunduran Bani ‘Abbasyiah
a.
Faktor Internal
1)
Faktor politis
2)
Faktor agama
b.
Faktor
Eksternal
1)
Peperangan
a)
Peperangan
untuk mempertahankan serangan musuh dari luar.
b)
Peperangan
untuk mempertahankan pemberontakan dari dalam.
2)
Fanatisme .
a)
Fanatik kepada
golongan atau suku
b)
Fanatik kepada
faham atau sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Syalabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: Djajamurni, 1954).
Hamka.
1952. Sejarah Ummat Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Haris,
Gusnam, Maman A. Malik dan Rofik. 2005. Pengantar Sejarah dan Kebudayaan
Islam. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Hitti,
Philip K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Yatim,
Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zainal
Abidin, Ilmu Politik IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa pesan saya jadilah orang yang jujur. Jangan jadi orang yang plagiat yang tidak mencantumkan sumber referensinya.
Kritik dan Saran sangat saya butuhkan, Demi menciptakan sesuatu yang sangat berguna dan bermanfaat Fiddunya Wal Akhiroh