Sabtu, 17 Februari 2018

ANALISIS MASALAH SOSIAL



Nama     : Aang Sobari Saeful Risal
NIM       : 16360012

ANALISIS MASALAH SOSIAL
DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Di tempat tinggalku sekarang terdapat banyak orang, yang pastinya memiliki karakter yang berbeda – beda. Ada yang sok sibuk, yang pengin menang sendiri, juga ada yang penginnya selalu adil dalam hal tertentu.

Aku sebagai anak baru harus bisa menyesuaikan karakter mereka, karena mereka merupakan seniorku, dan mereka memiliki kepentingan sendiri – sendiri. Ada yang udah kerja juga ada yang sedang bikin skripsi. Dari semua itu terkadang menjadi banyak perselisihan.

Contohnya ada seorang yang inginnya adil, karena ia merasa dirinya paling aktif dalam mengajar TPA. Ia sering ngomel – ngomel dihadapanku karena ia ingin semuanya ikut serta tapi mereka semua tidak ada yang mau mengerti, karena sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Ada juga yang hoby nya makan,ngopi dan sebagainya.tapi dia palinng malas untuk mencucinya dan membereskannya, sehingga anak juniorlah yang harus mengerti, ia harus mencucinya dan membereskanny. padahal ia sadar kenapa orang lain yang mengotorinya tapi ia yang harus mencucinya.

Contoh lainnya karena mereka sibuk dengan kegiatannya masing – masing. Kamar mereka pun tak terurus bagaikan kandang ayam, bahkan pakaiannya pun tak terurus, sampai berminggu – minggu tak pernah dicuci. Bahkan kalau sudah malas mencuci dibiarkanlah tanpa di buang.

Karena kesibukannya mereka, terkadang malam – malam baru pulang dan paginya pada tidur. Sehingga mereka tidak tahu apa yang dirasakan oleh temannya sendiri. Misal ada temannya yang memiliki masalah yang seharusnya mereka temani dan memberikan solusinnya, tapi mereka semua tidak mengerti.

Dan yang anehnya lagi, ada seorang yang aktif diluar sehingga ia jarang pulang, karena mereka beda pemahaman sehingga sering menjelek – jelekan dibelakangnya dan sering ngomong ke aku, tapi di hadapannya hanya diam saja.

Dari berbagai permasalahan tersebut. Semua permasalahan itu disebabkan karena semua pihak tidak bisa mengerti keadaaan orang lain. Mereka semua sibuk dengan kepentingannya sendiri. Solusinya menurutku adalah misalkan dia habis makan ya sambil cuci tangan piringnya di cuci. Kalau dia malas nyuci pakaian apa susahnya ke laundry. Dan apabila ada temannya yang suka menyendiri karena ada masalah, seharusnya kita mendekatinya, dan memberi masukan agar semua permasalahan dapat terselesaikan.

Pada intinya dengan kita saling mengerti keadaan orang lain dan lebih memprioritaskan mana yang lebih penting. Mungkin permasalahan tersebut tidak akan pernah terjadi dan hubungan tali persaudaraan kita akan terjalin dengan erat.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT



Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
Definisi Sistem :
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh.

Definisi Filsafat :
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu Philos (cinta) atau Philia(persahabatan, tertarik kepada) dan Sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung). Berbagai tokoh filosof dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka; yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah berkembang berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme, spiritualisme; realisme, dan berbagai aliran modern: rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme dll.

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :
  • Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki dan mempelajari.
  • Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
  • Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti Produk dan filsafat dalam arti Proses. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai  pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
  1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya.
  2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.
Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat:
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada paragraf pertama, makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedoman diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan lainnya. Misal : Ketika kita mengkaji sila kelima yang intinya tentang kedilan. Maka harus dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain artinya :
  • Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)
  • Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
  • Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3)
  • Keadilan yang Demokratis
Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing-masing memiliki tujuan tertentu.


Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif.
Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah sebagai berikut :
  1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.
  2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa yang akan dating, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
  3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hokum positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib hokum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu diubah maka sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :
  1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila merupakan hasil dari pemikiran, panilaian, dan refleksi filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi pancasila berbeda denagn ideology-ideologi lain karena isi pancasila diambil dari nilai budaya bangsa dan religi yang telah melekat erat, sehingga jiwa pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia sendiri, sedangkan ideology lain seperti liberalis, sosialis, komunis, dan lain sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.
  2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia,karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.

Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.   Unsur Ketuhanan
Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan menunjukkan adanya pencipta yaitu Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, mempunyai sifat sebagai individu sebagai makhluk sosial. Karena Tuhan adalah sempurna maka manusia tidak sempurna. Namun diantara makhluk, manusia adalah yang paling sempurna.        
pengalaman sejarah sebelum datangnya agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Bangsa Indonesia telah mempunyai kepercayaan. Karena keadaan alam sedemikian rupa maka bangsa Indonesia berusaha mempertahankan dan mengembangkan hidupnya untuk bisa mengatasi tantangan alam tersebut. Salah satu jawaban yang diberikan berupa pandangan hidup atau kepercayaan bahwa alam ini ada yang menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka sehari-hari dan karena kemampuan yang mereka miliki, maka bentuk kepercayaan yang menguasai alam, adanya kekuatan gaib yang terdapat pada alam ini dan lain sebagainya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun sudah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah agama Hindu dan Budha datang di Indonesia, bangsa Indonesia banyak memeluk agama-agama tersebut. Demikian pula agama islam yang telah dipeluk oleh sebagian besar bangsa Indonesia dengan penuh keyakinan. Pada masa itu pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya peninggalan, tulisan dan adat istiadat.
2.   Unsur Kemanusiaan
Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sendirinya bangsa kita mempunyai rasa kemanusiaan yang luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan adalah bawaan kodrat manusia. Perikemanusiaan adalah nilai khusus yang bersumber pada nilai kemanusiaan. Perikemanusiaan adalah yang bersumber pada kemanusiaan, jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya semua bangsa mesti mempunyai kemanusiaan, begitu pula bangsa Indonesia bahkan kemanusiaannya adalah adil dan beradab. Adil berarti memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu apa haknya sendiri. Beradab artinya mempunyai adab, mempunyai sopan santun, mempunyai susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa lain, menghormati pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain. Sejak dahulu bangsa Indonesia selalu menerima bangsa lain dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak akan hidup sendirian terlepas dari bangsa lain.
3.   Unsur Persatuan
Bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya rukun, bersatu dan kekeluargaan, bertindak bukan semata-mata atas perhitungan untung rugi dan pamrih serta kepentingan pribadi. Oleh karena itu unsur persatuan sudah terdapat didalam kehidupan masyarakat Indonesia bahkan sudah dilaksanakan oleh mereka.
4.   Unsur Kerakyatan
Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang berkuasa adalah rakyat. Dalam bahasa lain Kerakyatan disebut Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos yang berarti Rakyat Kratos yang berarti Berdaulat. Demokrasi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Meskipun sebelum tanggal 17 Agustus 1945 di Indonesia belum pernah ada pemerintahan yang bersifat Demokratik seperti sekarang ini namun sebenarnya unsur-unsurnya sudah ada, yang selama itu tidak pernah dimanfaatkan secara Nasional formal.

5.   Unsur Keadilan
Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti bekerja sama dan membagi hasil karya bersama tepat sekali untuk menerangkan apa arti Keadilan Sosial.


*) Oleh : Aang Sobari Saeful Risal ( 16360012 )
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jurusan Perbandingan Mazhab
Fakultas Syariah dan Hukum

TUGAS MAKUL BAHASA INDONESIA TENTANG OPINI



PILKADA DKI. JAKARTA 2017

Warga Jakarta akan memilih pemimpin baru tanggal 6 Februari 2017, 3 Pasang calon akan berlaga dalam pilgub DKI  merebut kursi no 1 di Jakarta. Ada gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat yang diusung PPIP, Golkar, Nasdem, dan Hanura. Lalu Agus Yudhoyono – Sylviana Murni dari Demokrat, PAN, PKB, dan PPP. Terakhir Adies Baswedan – Sandiaga Uno dari PKS dan Gerindra.
Forum Kaum Muda NU Jakarta menggelar halaqah untuk menyatukan sikap terkait dengan agenda Pilkada DKI. Jakarta. Halaqah ini dilaksanakan di hotel bintang, jalan Raden Soleh, Jakarta Pusat. Acara ini diikuti oleh sekitar 80 Ulama Muda NU Jakarta yang akan membahas pentingnya menghadapi Pilkada secara damai dan demokratis.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil Sekretaris Tanfidiyah PWNU Jakarta, yaitu H. A. Djunaidi Sahal, beliau mengatakan
“ Kami kaum muda NU di Jakarta, ikut bertangggung jawab secara moral untuk bisa berkontribusi dalam mewujudkan pilkada yang damai, yang demokratis, dan menjadikan momentum pilkada ini sebagai adu gagasan dan program “.
Menurut Djunaidi, ada beberapa hal yang yang menjadi tema Halaqah ini, diantaranya bagaimana caranya agar masyarakat Jakarta bisa ikut serta berpartisipasi aktif dalam acara pilkada DKI. Jakarta. Selain itu, kaum muda NU Jakarta juga mengajak supaya masyarakat bisa mengikuti proses pilkada dengan jujur, adil, transfaran, damai, bersikaf kritis dan objektif dalam mencantumkan pilihan dalam pilkada, dan siap menerima siapa pun yang terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur di Jakarta.
“ kami ingin mengajak masyarakat Jakarta untuk menghindarkan diri dari penggunaan isu SARA dalam proses kampanye pilkada, dan menghimbau masyarakat, terutama para politisi dan tim sukses, untuk selalu meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia “. Ujarnya.

Status Ahok
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang terdiri dari Pinpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menyatakan status ahok atau gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama ini bisa dinaikan menjadi tersangka, hal ini terkait pernyataaan ahok di Kepulauan Seribu pada tanggal 27 September 2016, Yang dianggap mengandung unsur penghinaan terhadap Al – Qur’an surat Al – Maidah ayat 51.
Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai ucapan Ahok yang menyinggung Al – Qur’an surat Al – Maidah ayat 51 dapat dikategorikan menghina Al – Qur’an dan atau menghina ulama yang memiliki konsekuensi hokum.
Oleh karena itu, pihak MUI menyatakan masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi main hakim sendiri serta menyerahkan penanganannya kepada aparat penegak hukum. Disamping tetap mengawasi aktivitas penistaan agama dan melaporkan kepada yang berwenang.
Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengingatkan polri agar berhati – hati dalam menangani perkara dugaan penistaan agama yang diduga dilakukan oleh gubernur Jakarta ahok, Ia berharap penanganan perkara tersebut di kepolisian jangan terkesan ada unsur politisasi dan kriminalisasi.

*) Aang Sobari Saeful Rijal (16360012)
Prodi Perbandingan Mazhab
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

SEJARAH KHILAFAH BANI ‘ABBASYIAH



MAKALAH
SEJARAH KHILAFAH BANI ‘ABBASYIAH




Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Susiknan, M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1.             Muhammad Indra Betara         ( 16360002 )
2.             Akhmad Syauqi Aula Tsani      ( 16360008 )
3.             Aang Sobari Saeful Risal           ( 16360012 )
4.             Muhammad Alfaz Fanani         ( 16360032 )


PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016/2017

MUNCULNYA BANI ‘ABBASYIAH

Kekuasaan Dinasti Bani ‘Abbas atau Khilafah Bani ‘Abbasyiah sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Bani ‘Abbasyiah karena para pendiri atau penguasa dinasti ini adalah keturunan al – abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abdulloh al – Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdulloh bin Al – Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Awal munculnya Dinasti Abbasyiah ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khilafah Bani Umayyah, disusunlah dengan diam – diam propaganda untuk menegakan Daulah Bani Abbas, sebab sejak zaman Muawiyyah Daulat Bani Umayyah itu didirikan dengan kekerasan, seumpamanya memburuk – burukan dan menyumpah Ali bin Abi Thalib dalam tiap Khutbah Jumat, mereka menekan suara – suara yang melawan dengan sekeras – kerasnya, mengejar keturunan Ali atau Bani Hasyim dimanapun mereka bersembunyi, sebab itulah musuh paling besar bagi Bani Umayyah. Dizaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz kebenaran dan keadilan lebih tinggi dari segalanya, tidak ada keistimewaan Bani Umayyah dari saudaranya sesama Islam. Rakyat bebas menyatakan pendirian, asal jangan mengganggu ketentraman umum. Meskipun sikap ini benar, akan tetapi melemahkan pemerintahan yang didirikan atas kekerasan, maka di dalam pemerintahannya itulah orang diam – diam berusaha mengatur propaganda untuk Bani Abbas.
Meskipun yang melakukan propaganda ini Bani Abbas sendiri,nama bani abbas tidaklah begitu ditonjolkan, tetapi di masyhurkan saja Bani Hasyim, supaya jangan terpecah Syiah pengikut Ali dengan Syiah pengikut Abbas, karena keduanya Bani Hasyim. Bani Umayyah dari dulu tidak memusuhi Bani Abbas melainkan hanya terhadap Bani Ali, padahal yang sebenarnya yang mengharap hendak merebut kekuasaan ialah Bani Abbas. Kalau Bani Abbas menyatakan menuntut khalifah untuk dirinya sendiri, tentu kurang banyak pengikutnya, dengan menyebut Bani Hasyim, tersimpuhlah di dalamnya keturunan Ali dan Bani Abbas dan dalam Bani Hasyim terkumpul semua.


Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan bani abbas menjadi lima periode, yaitu :
1.             Periode pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M), Disebut periode pengaruh Persia pertama
2.             Periode kedua (232 – 334 H / 847 – 945 M) Disebut masa pengaruh Turki pertama
3.      Periode ketiga (334 – 447 H / 945 – 1055 M) Masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan dinasti abbasyiah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua
4.          Periode keempat (447 – 590 H / 1055 – 1194 M), Masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasyiah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua
5.             Periode kelima (590 – 656 H / 1194 – 1258 M), Masa khalifah bebas dari pengaruh dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.



KHALIFAH – KHALIFAH BANI ABBASIYAH

1.             Abul Abbas As-Saffah  (132 H – 750 M )
Beliau masyhur dengan dermawannya, kuat ingatan, keras hati, tetapi sangat besar dendamnya kepada Bani Umayyah.
2.             abu Ja’far Al Mansur ( 136 H – 754 M )
Beliau seorang yang gagah perkasa, keras hati, kuat kemauan, bijak dan cerdik.
3.             Al Mahdi ( 158 H – 775 M )
4.             Al Hadi ( 169 H – 785 M )
5.             Harun Al Rasyid ( 170 H – 786 H )
Di zaman beliau inilah tercapai setinggi-tinggi puncak kemasyhuran dan kejayaan Bani Abbas. Baik kekayaan negri, atau luas jajahan, maupun kembang biak ilmu pengetahuan. Di zaman ini hidup seorang Ulama, Qadhi Abu Yusuf, seorang dari tiga penganjur Islam yang telah membentuk mazhab Hanafi.
6.             Muhammad Al Amin 193 H – 809 M )
7.             Al Ma’mun ( 198 H – 813 M )
8.             Muhammad Ibn Harun Al Rasyid/ Al Mu’tashim ( 218 H – 833 M )
Beliau adalah seorang panglima perang yang gagah berani. Tidak sedikit juga gentar menghadapi musuh betapapun besarnya.
9.             Abu Ja’far Harun Al-Watsiq ( 227 H – 842 M )
Khalifah ini berbeda dengan ayahnya (Al Mu’tashim). Beliau lemah lembut, tidak begitu suka dengan perang, lebih suka damai, cinta kepada kaum keturunan Ali ibn Abi Thalib, sebagai Al-Ma’mun pula. Kelemahan itu telah menyebabkan bertambah besarnya kuasa kaum Turki yang dibesarkan oleh Al-Mu’tashim dalam istananya itu.
10.         Al-Mutawakkil ( 232 H – 847 M )
11.         Al-Muntashir ( 247 H – 861 M )
12.         Al-Musta’in ( 248  H – 862 M )
13.         Al-Mu’taz ( 252 H – 869 M )
14.         Al-Muhtadi ( 255 H – 869 M )
15.         Al-Mu’tamid ( 256 H – 870 M )
16.         Al-Mu’tadhid ( 289 H – 903 M )
17.         Al-Muktafi (
18.         Al-Muqtadir
19.         Al-Qohir
20.         Ar-Radhi
21.         Al-Muttaqi
22.         Al Mustakfi


ZAMAN KEEMASAN DAULAH BANI ABBASIYAH

            Sejarah telah menyebutkan  bahwa zaman keemasan Daulah Bani Abbasiyah terjadi selama masa kekhalifahan Harun al-rasyid (786-809). Meskipun usianya kurang dari setengah abad, Daulah Bani Abbasiyah pada saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa.
            Masyarakat Islam Pada masa Daulah Bani Abbasiyah mengalami kemajuan yang menonjol dalam segala bidang diantaranya adalah:
1.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Aktivitas ilmiyah masyarakat Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah mengantarkannya menuju puncak kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kaum muslimin mampu membangun kebudayaan ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
1.      Kemajuan Ilmu Agama
Pada masa ini, Daulah Bani Abbasiyah melahirkan banyak ulama-ulama besar dan karya-karya agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Misalnya bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam dan ilmu fiqih.
1.      Ilmu Tafsir
Pada masa Daulah Bani Abbasiyah ini, ilmu tafsir mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari hadits. Dari berbagai tafsir yang telah ada, diketahui bahwa corak tafsir ada dua macam yaitu, Tafsir Bi al-Ma’tsur dan Tafsir Bi al-Ra’yi.
Ahli tafsir yang terkenal dalam corak Tafsir Bi al-Ma’tsur antara lain Al Subhi (w. 127 H), Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H) dan Muhammad bin Ishaq. Kitab tafsir mereka telah hilang dan tidak ditemukan lagi sekarang, namun Ibn al Thabari (w. 310H) telah mendasarkan sebagian isi tafsirnya yang berjudul Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an yang terdiri atas 30 jilid dari ketiga tafsir tersebut.
Adapun Tafsir Bi al-Ra’yi adalah Abu Bakar al-‘Asham (w. 240 H), Abu Muslim al-Ashfahani (w. 322 H) dan Ibn Jarwi al-Asadi (w. 387H).
2.      Ilmu Hadits
Sekitar abad ke-3 H, para ulama Islam mulai berusaha secara maksimal untuk menyeleksi dan menyaring hadits untuk menyeleksi hadits-hadits yang shasih, hasan dan dloif, serta menjelaskan kualitas perawi hadits.
Para ulama hadits yang terkenal pada masa ini adalah Imam Bukhari (w. 256 H) dengan bukunya Shahih Bukhari. Kemudian Abu Muslim bin al-Hajjaj (w. 261 H) dari Naisabur dengan bukunya Shahih Muslim. Kemudian Ibnu Majah (w. 273 H), Abu Dawud (w. 275 H), Al-Thurmudzi (w. 279 H), dan Al Nasa’i (w. 303 H). Karya-karya mereka dikenal dengan nama Al-Kutub Al-Sittah.
3.      Ilmu Kalam
Pada masa ini muncul ulama-ulama besar di bidang ilmu kalam, baik dari kalangan Mu’tazilah maupun Ahlussunnah wal Jamaah. Dari kalangan Mu’tazilah dikenal antara lain Abi Huzail al Allaf (w. 235 H), Al Nizam (w. 231 H), Al Jahiz (w. 255 H), Al Jubbai (w. 290 H) dan Abu Hasyim (w. 231 H). Dari Ahlussunnah wal Jamaahyang Populer antara lain adalah Al Asy’ari (w. 234 H), Al Baqillani (w. 403 H), Al Juwaini (w. 479 H), Al Ghazali (w. 505 H) dan Al Maturidi (w. 333 H).
4.      Ilmu Fiqih
Diantara kebanggaan zaman Daulah Bani Abbasiyah adalah terdapatnya empat imam madzhab fiqih terkenal. Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris dan Imam Ahmad bin Hanbal. Keempat ulama tersebut merupakan ulama ahli fikihyang paling agung dan tiada tandingannya di dunia Islam.
2.      Kemajuan Ilmu-Ilmu Umum
1.      Filsafat
Para Filosof Islam yang terkenal dan mendunia antara lain Yaqub bin Ishaq Al Kindi (796-873 M), Abu Nasr Al Farabi (259-339 M) karyanya yang terkenal adalah al madinah al fadilah, Ibnu Bajjah (w. 523 H) karyanya adalah Tadrib al Mutawahhid dan masih banyak yang lainnya.
2.      Kedokteran
Pada masa Daulah Bani Abbasiyah, ilmu kedokteran telah mencapai puncaknya yang telah melahirkan dokter-dokter yang sangat terkenal. Diantara mereka yang sangat terkemuka adalah Yuhannah bin Musawih (w. 242 H) bukunya yang terkenal adalah Al Asyr al Maqalat fi al Ain tentang pengobatan penyakit mata. Serta Ibnu Sina (370-428 H) dengan karya populernya  Al Syifa.
3.      Astronomi
Ilmu ini membantu umat Islam untuk menentukan arah kiblat, waktu sholat serta perhutungan peredaran bintang dan lain sebagainya. Pakar astronomi pada masa Daulah Bani Abbasiyah antara lain Al Fazzari yaitu orang yang pertama kali menyusun Astrolaber (alat yang dahulu dipakai sebagai pengukur tinggi bintang).
4.      Matematika
Al Khawarizmi dan habash al Hasib mengembangkan sistem angka Arab dan angka nol yang mempermudah dalam perhitungan, dengan memuat label angka-angka. Al khawarizmi juga menyusun buku tentang berhitung dan aljabar. Karyanya yang terkenal adalah Hisab al Jabar wa al Muqabalah. Pakar Matematika yang lainnya adalah Ibnu Tsabit (w. 331 H) dan Isn bin Abbas (w. 328 H).
2.  Kemajuan Ekonomi, Perdagangan dan Industri
            Ekonomi Daulah Bani Abbasiyah digerakan oleh perdagangan. Barang-barang kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah timur kerajaan diperdagangkan dengan barang-barang dari wilayah bagian barat. Emas yang ditambang dari Nabia dan Sudan Barat (termasuk wilayah yang sekarang bernama Mali dan Niger) turut melambungkan perekonomian Abbasiyah.


KEMUNDURAN DAULAH BANI ‘ABBASIYAH
Periode kemunduran dan kehancuran dipegang oleh 28 orang Khalifah, yang mana kedudukan Khalifah tersebut sebagai lambang saja di dalam wilayah Abbasiyah. Hal ini disebabkan banyaknya berdiri Daulah-Daulah yang kecil, yang di perintah oleh raja-raja muda, dengan mendapat persetujuan dari Khalifah untuk berdiri sendiri (Pemerintah Otonom) tapi tetap mengakui atas kekuatan Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Adapun yang melatarbelakangi kehancuran Daulah Abbasiyah adalah akibat dari luar maupun dalam daerah kekuasaan Khalifah Abbasiyah.
1.      Peperangan
1)      Peperangan untuk mempertahankan serangan musuh dari luar.
Serangan pasukan Tartar (Mongul), bangsa Turki yang berasal dari pegunungan Asia Tengah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 656 H (1258 M) semasa Khalifah Abbasiyah yang terakhir (ke 37) yaitu dipegang oleh Mu’tasimbillah. Pasukan Tartar ini di pimpin oleh Hulagu dengan menyerang kota Baghdad serta menghancurkan keluarga Khalifah serta stafnya, bahkan penduduk kota tersebut tidak lepas juga dari ancaman maut itu.
Kemudian kota Baghdad yang megah dengan semua lembaga pendidikan, perpustakaan yang ada, semuanya dibakar dan dihancurkan oleh kebiadaban pasukan Tartar. Alhasil Baghdad dibumihanguskan oleh mereka, selama lebih kurang 40 hari lamanya. Akhirnya kota kebudayaan Islam yang bersejarah itu hanya tinggal puing-puing dan tumbukan abu saja.
2)       Peperangan untuk mempertahankan pemberontakan dari dalam.
Perebutkan kekuasaan. Ini terjadi semasa khalifah Ar-Rasyid mengangkat dua orang putera nahkotanya yaitu Al-amin dan Al-Makmun.
Al –makmun merasa tersinggung dengan sebab pengangkatan ayahnya tidak adil, yaitu: dengan mengangkat Al-Amin yang lebih muda dari dia. Di samping itu juga mendapat hasutan dari luar. Dalam perebutan tahta ini, maka golongan Syi’ah ( bangsa persia) menambil bahagian untuk merebut kekuasaan-kekuasaan yang terpenting dari tangan bangsa Arab.

2.      Fanatisme .
a.       Fanatik kepada golongan atau suku
Fanatik kepada golongan atau sukuisme. Penyakit yang semacam ini sangat berbahaya dan banyak terjadi perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Kalau pada masa Dinasti Mu’awiyah sukuisme yang di tonjolkan adalah bangsa Arab, tapi semasa Dinasti Abbasiyah ini sukuisme yang diutamakan adalah bangsa persia, kemudian bangsa Turki. Dengan demikian, suku-suku bangsa yang lain merasa tersingkirkan mencari jalan untuk memberontak.
b.      Fanatik kepada faham atau sejarah.
Fanatik kepada faham. Oleh karena kebanyakan khalifah Daulah Abbasiyah ini banyak menganut faham Syi’ah, maka dari khalifah menginstruksikan semua rakyatnya harus menganut faham tersebut. Di samping itu juga menetapkan, bahwa faham Syi’ah adalah faham yang resmi untuk seluruh wilayah Daulah Abbasiyah. Akhirnya aliran-aliran yang lain merasa tertekan dan seacara langsung maupun tidak langsung akan memusuhi dan mengutuk kepada khalifah.
Dengan adanya sebab-sebab tersebut di atas, sedikit demi sedikit kekuasaan Daulah  Bani Abbasiyah menjadi mundur,Tapi yang paling berat sekali ialah menghadapi serangan bangsa Tartar.
Dengan demikian, tamatlah riwayat Dinasti Daulah Abbasiyah dari lembaran-lembaran sejarah, setelah mereka berkuasa lebih kurang lima abad lamanya ( abad 2 H – 7 H / 8 M- 13 M).


Pembahasan mengenai kemunduran pasti lah dilihat dari 2 aspek, yaitu internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang bisa jadi menyebabkan kemunduran Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan menurut Ahmad Syalabi dalam bukunya Masyarakat Islam adalah sebagai berikut :
1.      Faktor politis sebagai akibat dari banyaknya aliran dalam Islam seperti Bani Hasyim dan lainnya. Dengan kata lain semangat ashabiyah muncul kembali.
2.      Faktor agama baik berkaitan dengan posisi agama dan negara atau adanya pertentangan antara akal dan wahyu yang itu semua terkejawantahkan dengan munculnya aliran keagamaan juga. [1]
Adapun faktor eksternal kemunduran Abbasiyah setidaknya disebabkan oleh 2 serangan dari luar yaitu perang salib dan serbuan tentara mongol.
Kemunduran Abbasiyah oleh Syekh Muhammad al – Khudri, setidaknya disebabkan oleh :
1.      Semakin lemahnya tenaga pembela (Ashabiyah) yang mengawal dan mempertahankannya.
2.      Persaingan dan perebutan yang tidak berhenti antara Abbasiyah dengan Alawiyah.
3.      Jatuhnya nilai – nilai amanah dalam segala bentuknya.[2]


KESIMPULAN

1.        Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abdulloh al – Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdulloh bin Al – Abbas.
2.        Kekuasaannya dari tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M.
3.        masa pemerintahan bani abbas menjadi lima periode, yaitu :
a.         periode pengaruh Persia pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M)
b.        masa pengaruh Turki pertama (232 – 334 H / 847 – 945 M)
c.         Masa kekuasaan dinasti Buwaih. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua (334 – 447 H / 945 – 1055 M)
d.        Masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk, disebut juga masa pengaruh Turki kedua (447 – 590 H / 1055 – 1194 M),
e.         Masa khalifah bebas dari pengaruh dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad (590 – 656 H / 1194 – 1258 M).
4.        Nama Khalifah Bani ‘Abbasyiah

1. Abul Abbas As-Saffah
    (132 H – 750 M )
2. abu Ja’far Al Mansur
( 136 H – 754 M )
3. Al Mahdi ( 158 H – 775 M )
4. Al Hadi ( 169 H – 785 M )
5. Harun Al Rasyid ( 170 H – 786 H )
6. Muhammad Al Amin
 (193 H – 809 M )
7. Al Ma’mun ( 198 H – 813 M )
8. Muhammad Ibn Harun Al Rasyid / Al Mu’tashim ( 218 H – 833 M )
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq
 ( 227 H – 842 M )
10. Al-Mutawakkil ( 232 H – 847 M )
11. Al-Muntashir ( 247 H – 861 M )
12.  Al-Musta’in ( 248  H – 862 M )
13. Al-Mu’taz ( 252 H – 869 M )
14. Al-Muhtadi ( 255 H – 869 M )
15. Al-Mu’tamid ( 256 H – 870 M )
16. Al-Mu’tadhid ( 289 H – 903 M )
17. Al-Muktafi
18. Al-Muqtadir
19. Al-Qohir
20. Ar-Radhi
21. Al-Muttaqi
22.Al-Mustakfi

5.      PERKEMBANGAN BANI ‘ABBASYIAH
a.         Kemajuan Ilmu Pengetahuan
1.    Kemajuan Ilmu Agama
a)      Ilmu Tafsir
b)      Ilmu Hadits
c)      Ilmu Kalam
d)     Ilmu Fiqih
2.    Kemajuan Ilmu-Ilmu Umum
a)      Filsafat
b)      Kedokteran
c)      Astronomi
d)     Matematika
b.         Kemajuan Ekonomi, Perdagangan dan Industri

6.      Faktor Kemunduran Bani ‘Abbasyiah
a.         Faktor Internal
1)        Faktor politis
2)        Faktor agama

b.         Faktor Eksternal
1)        Peperangan
a)    Peperangan untuk mempertahankan serangan musuh dari luar.
b)    Peperangan untuk mempertahankan pemberontakan dari dalam.
2)        Fanatisme .
a)    Fanatik kepada golongan atau suku
b)   Fanatik kepada faham atau sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syalabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: Djajamurni, 1954).

Hamka. 1952. Sejarah Ummat Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Haris, Gusnam, Maman A. Malik dan Rofik. 2005. Pengantar Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Hitti, Philip K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zainal Abidin, Ilmu Politik IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978).



[1] Ahmad Syalabi, Masyarakat Islam, (Jakarta: Djajamurni, 1954), hlm. 167
[2] Zainal Abidin, Ilmu Politik IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 80-83