Selasa, 27 Maret 2018

AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH



MAKALAH
AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH

Disusun Oleh :
Kelas A Kelompok 4
1.             Aang Sobari Saeful Risal                  ( 16360012 )
2.             Ahmad Ikbalullah                             ( 16360058 )

      A.    Pendahuluan
Alquran, kalam tuhan yang dijadikan sebagi pedoman dalam setiap aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus difahami secara mendalam. Pemahaman Alquran dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu- ilmu yan tercangkup dalam ulumul quran. Dan menjadi salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul quran adalah ilmu yang membahas tentang Muhkam Mutasyabih ayat.
Sehubungan dengan persoalan ini, Ibn Habib An-Naisabari pernah mengemukakan tiga pendapat mengenai kaitan ayat – ayat Alquran terhadap muhkam mutasyabih.
Pertama, seluruh ayat Alquran adalah muhkam, berdasarkan firman Allah berikut :
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»tƒ#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AŽÎ7yz ÇÊÈ  
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”. (Q.S. Hud : 1)
Kedua, seluruh ayat Alquran adalah mutasyabih, berdasarkan firman Allah berikut :

ö@è% ÉQöqs)»tƒ (#qè=yJôã$# 4n?tã öNà6ÏGtR%s3tB ÎoTÎ) ×@ÏJ»tã ( t$öq|¡sù šcqßJn=÷ès? ÇÌÒÈ  
“Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui”. (Q.S. Az-Zumar : 39)
Ketiga, pendapat yang paling tepat, ayat – ayat Alquran terbagi dalam dua bagian, yaitu Muhkam dan Mutasyabih, berdasarkan firman Allah berikut :
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»tƒ#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷ƒy tbqãèÎ6®KuŠsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#ƒÍrù's? 3 $tBur ãNn=÷ètƒ ÿ¼ã&s#ƒÍrù's? žwÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)tƒ $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ㍩.¤tƒ HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ  
“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al – Imran : 7)
Ayat Muhkam Mutasyabih hendaknya dapat difahami secara mendalam. Hal ini dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian/pemahaman Alquran. Jika kita tengok dalam ilmu kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan pendapat antara firqoh satu dengan yang lainnya, salah satunya dengan pemahaman tentang ayat muhkam dan mutasyabih.
Berdalih agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat – ayat Alquran khususnya dalam ranah Muhkam Mutasyabih, maka kelompok kami menyusun makalah yang membahas tentang kedua hal tersebut dengan judul “Al-Muhkam Al-Mutasyabih”. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan hal – hal yang berhubungan dengan Muhkam dan Mutasyabih, akan dijelaskan dalam pembahasan.[1]


      B.     Pembahasan
      1.      Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ulama tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih : 
     a.       Menurut As-Suyuti, Muhkam adalah Sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya. 
      b.      Menurut Imam Ar-Razi, Mukam adalah ayat – ayat yang dalalahnya kuat baik maksud maupun lafadnya. Sedangkan Mutasyabih adalah ayat – ayat yang dalalahnya lemah, masih bersifat mujmal, memerlukan takwil, da n sulit dipahami.
     c.       Menurut Manna’ Al-Qattan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada yang lain.[2]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Ayat Muhkam adalah ayat yang sudah jelas baik lafad maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat Al-Quran yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabih bersifat mujmal (global) dia membutuhkan rincian lebih dalam.[3]

      2.      Pembagian Ayat – Ayat Mutasyabih
a.       Mutasyabih dari segi lafadz
1)      Yang dikembalikan kepada lafadz yzng tunggal yang sulit pemaknaanya. Seperti الأبّ  dan يزفون  . dan yang dilihat dari segi gandanya lafadz itu dari dalam pemakaiannya, seperti lafadz  اليد dan العين .
2)      Lafadz yang dikembalikan kepada bilangan susunan kalimatnya, yang seperti ini ada tiga macam :
a)      Mutasyabih karena ringkasan kalimat, seperti firman Allah :
وان خفتم ألا تقسطوا فى اليتامى
Yang dimaksud dengan اليتامى disini adalah juga mencakup اليتيمات
b)      Mutasyabih karena luasnya kalimat, seperti firman Allah ليس كمثله شئ niscaya akan lebih mudah difahami jika diungkapkan dengan ليس كمثله شيئ
c)      Mutasyabih karena susunan kalimatnya, seperti firman Allah :
AtRr&..... 4n?tã ÍnÏö7tã |=»tGÅ3ø9$# óOs9ur @yèøgs ¼ã&©! 2%y`uqÏã قيّما
Akan lebih difahami bila diungkapkan dengan :
tAtRr&..... 4n?tã ÍnÏö7tã |=»tGÅ3ø9$# óOs9ur @yèøgs ¼ã&©! 2%y`uqÏã ÇÊÈ  
b.      Mutasyabih dari segi maknanya
Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat – sifat Allah, sifat hari kiamat bagaimana dan kapan terjadinya. Semua sifat yang demikian tidak dapat digambarkan secara konkret karena kejadiannya belum pernah dialami oleh siapapun.
c.       Mutasyabih dari segi Lafadz dan Maknanya
Mutasyabih dari segi ini, menurut As-Suyuti ada lima macam, yaitu :
1)   Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz yang umum dan khusus
 اقتلوا المشركين
2)   Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib dan sunnah
فانكحوا ما طاب لكم من النساء
3)   Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh mansukh
اتقوا الله حق تقاته
4)   Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat itu diturunkan
والراسخون فى العلم
5)   Mutasyabih dari segi syarat – syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung dengan ada atau tidaknya syarat yang dibutuhkan. Misalnya aibadah sholat dan nikah tidak dapat dilaksanakan jka tidak cukup syaratnya.[4]

3.      Pandangan Ulama dalam menghadapi Ayat – Ayat Mutasyabih
Dikalangan ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat – ayat mutasyabih ini. Apakah ayat itu dapat dketahui artinya atau takwilnya atau tidak, kemudian mengenai perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang tersembunyi itu atau hanya Allah yang tahu. Perbedaan pendapat dikalangan para ulama ini pada intinya berawal dari pemahaman ayat 7 surat Al-Imron :
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»tƒ#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷ƒy tbqãèÎ6®KuŠsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#ƒÍrù's? 3 $tBur ãNn=÷ètƒ ÿ¼ã&s#ƒÍrù's? žwÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)tƒ $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ㍩.¤tƒ HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ  
“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.
Dari ayat diatas, para ulama berbeda pendapat yang berawal dari lafadz
والراسخون فى العلم. Permasalahanya apakah lafadz  الله dari itu di Athofkan dengan lafadz atau lafadz والراسخون فى العلم itu merupakan Mubtada’.
            Berangkat dari sinilah muncul silang pendapat dikalangn ulama. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid (dari kalangan sahabat) berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui arti dan takwil ayat – ayat mutasyabihat. Mereka ini beralasan lafadz “Ar-Roosikhuuna”diathofkan kepada lafadz “Allah”. Menurut mereka, jika hanya Allah yang mengetahui dan tidak melimpahkan kepada manusia (ulama) yang mendalami ilmunya tentang ayat – ayat mutasyabihat baik tentang pengertian maupun takwil, berarti mereka sama saja dengan orang awwam. Pendapat ini didukung pula oleh Hasan Al-Asy’ari.
            Walaupun ada ulama yang mengatakan bahwa ayat – ayat mutasyabih itu dapat ditakwilkan oleh manusia, namun menurut sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat mutasyabih itu tidak dapat diketahui oleh seorangpun kecuali Allah. Menurutnya sebagai ciptaan Allah tidak perlu mencari takwil tentang ayat – ayat mutasyabih, tetapi kita harus menyerahkan persoalannya kepada Allah semata.
            Dalam hal ayat mutasyabihat dapat diketahui oleh manusia atau tidak, Shubhi al-Sholih membedakan pendapat ulama kedalam dua mazhab, yaitu :
a.    Mazhab Salaf
Kelompok ini memepercayai dan mengimani ayat – ayat (tentang sifat - sifat) mutasyabihat itu dan menyerahkanhakikatnya kepada Allah. Mereka tetap mensucikan Allah dari makna – makna lahir yang mustahil atau tidak mungkin bagi Allah. Dan mengimaninya sebagaimana diterangkan Alquran serta menyerahkan urusan hakikat sebenarnya kepada Allah.
b.    Mazhab Kholaf
Kelompok ini adalah kelompok ulama yang menakwilkan makna yang makna lahirnya itu mustahil kepada makna yang lain yang sesuai dengan zat Allah. Kelompok ini dikenal dengan nama Muawwilah atau mazhab takwil.[5]

4.        Huruf – Huruf Al – Muqotha’ah dalam Alquran
Diantara ciri – ciri surat Makkiyah  adalah banyak surat – suratnya dimulai dengan huru – huruf potongan (Muqotho’ah) atau pembukaan – pembukaan surat (Fawatih al-Suwar). Pembukaan – pembukaan surat ini dapar dikategorikan kepada beberapa bentuk :
a.         Bentuk yang terdiri dari satu huruf, yang terdapat pada tiga surat, yaitu Surat Shad, Qaf dan Al-Qolam.
b.        Bentuk yang terdiri dari tiga huruf, yang terdapat pada sepuluh surat, tujuh diantaranya disebut “Hawamim” yaitu surat yang dimulai dengan huruf Ha dan Mim. Surat – suratnya adalah : Surat Al-Ghofir, Fushilat, As-Syuro, Al-Zhuhruf, Ad-Dukhon, Al-Jasiah dan Al-Ahqof.
c.         Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf terdapat pada tiga belas tempat. Enam diantaranya dengan huruf “Alif Lam Mim” yaitu : Surat Al-Baqarah, Al-Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman dan As-Sajadah. Lima dengan huruf “Alif lam Ra’” yaitu pada surat Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim dan Al-Hijr dan dua susunan hurufnya “Tho Sin Mim” terdapat pada pembukaan Surat Al-Syu’aro dan Al-Qoshos.
d.        Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf, yaitu “Alif Lam Mim Shod” pada surat Al-A’raf dan “Alif Lam Mim Ra’” pada surat Ar-Ra’d
e.         Pembukaan surat yang terdiri dari lima huruf hanya satu, yaitu “Kaf Ha Ya ‘Ain Shad” pada surat Maryam.
Menurut Al-Suyuti, pembukaan surat (Awil al-Suwar) atau huruf – huruf potongan (al-huruf al-muqhotho’ah) ini termasuk ayat – ayat mutasyabihat. Sebagai ayat mutasyabihat , para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada pokoknya terbagi dua. Pertama, pendapat ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang memamahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Kedua, pendapat yang memandang huruf – huruf diawal surat – surat ininsebagai huruf – huruf yang mengandung pengertian yang dapat difahami oleh manusia. Karena itu, penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf – huruf tersebut.[6]

5.      Hikmah keberadaan ayat – ayat Mutasyabihat dalam Alquran
    a.       Ayat – ayat mutasyabihat ini mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk megungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
     b.      Sekiranya Alquran seluruhnya muhkam tentunya hanya ada satu mazhab. Sebab, kejelasaanya akan membatalkan semua mazhab diluarnya. Sedangkan yang demikian tidak dapat diterima semua mazhab dan tidak memanfaatkannya. Akan tetapi, jika Alquran mengandung muhkam dan mutasyabih maka masing – masing dari penganut mazhab akan mendapatkan dalil yang menguatkan pendapatnya. Selanjutnya, semua penganut mazhab akan memperhatikan dan merenungkannya, sekiranya mereka terus menggalinya maka ayat – ayat muhkamat menjadi penafsirnya.
      c.       Jika Alquran mengandung ayat – ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu, seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ilmu bayan, usul fikih dan sebagainya. Sekiranya hal itu tidak demikian sudah barang tentu ilmu – ilmu tersebut tidak muncul.
      d.      Alquran berisi dakwah terhadap orang – orang tertentu dan umum. Orang – orang awam biasanya tidak menyukai hal – hal yang bersifat abstrak, jika mereka mendengar pertama kalinya tentang sesuatu wujud tetapi tidak berwujud fisik dan berbentuk, mereka menyangka bahwa hal itu tidak benar ada dan akhirnya mereka terjerumus kedalam ta’thil (peniadaan sifat Allah). Karena itu, sebaiknyalah kepada mereka disampaikan lafal – lafal yang menunjukan pengertian – pengertian yang sesuai dengan imajinasi dan khayal mereka. Ketika itu bercampur antara kebenaran empiric dan hakikat. Bagian pertama adalah ayat – ayat mutasyabihat yang dengannya mereka diajak bicara pada tahap permulaan. Pada akhirnya, bagian kedua berupa ayat – ayat muhkamat menyingkapkan hakikat sebenarnya.[7]

      C.    Kesimpulan

     1.      Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat – ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat – ayat itu.
      2.      Ayat mutasyabih merupakan salah satu kajian dalam ilmu Alquran yang para ulama menilainya dengan alasannya masing – masing menjadi dua macam, yaitu pendapat ulama salaf dan khalaf.
      3.      Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat Alquran itu muhkam, jika maksud muhkam disana adalah kuat dan kokoh, tetapi kita dapat pula mengatakan bahwa semua ayat itu adalah mutasyabih. Jka maksud mutasyabih itu adalah kesamaan ayat – ayatnya dalam hal Balaghah dan I’jaznya.[8]

       D.    Daftar Pustaka
Anwar, Abu. 2005. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekan Baru : Amzah
Aprilia, Ebda. 2013. Makalah Ulumul Quran (Muhkam Mutasyabih). di  https://eddaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-mutasyabih (akses 21 Mei 2013 )
Wahid, Ramli Abdul. 1993. Ulumul Quran. Jakarta : Raja Grapindo Persada


[1] Aprilia, Ebda. 2013. Makalah Ulumul Quran (Muhkam Mutasyabih). di  https://eddaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-mutasyabih (akses 21 Mei 2013 )
[2] Anwar, Abu. 2005. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekan Baru : Amzah, hlm. 78
[3] Ibid, hlm 78
[4] Ibid, hlm 78
[5] Ibid, hlm 81
[6] Wahid, Ramli Abdul. 1993. Ulumul Quran. Jakarta : Raja Grapindo Persada, hlm 102
[7] Ibid, hlm 110
[8] Anwar, Abu. 2005. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekan Baru : Amzah, hlm. 86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa pesan saya jadilah orang yang jujur. Jangan jadi orang yang plagiat yang tidak mencantumkan sumber referensinya.

Kritik dan Saran sangat saya butuhkan, Demi menciptakan sesuatu yang sangat berguna dan bermanfaat Fiddunya Wal Akhiroh